free counters

Minggu, 21 November 2010

Dampak Pemanasan Global terhadap Kesehatan

Pemanasan global akan mempengaruhi perubahan lingkungan seperti: perubahan cuaca dan lautan, pergeseran ekosistem dan degradasi lingkungan.


Perubahan cuaca dan lautan

apat berupa peningkatan temperatur secara global (panas) yang dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian, terutama pada orang tua, anak-anak dan penyakit kronis. Temperatur yang panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.


Pergeseran ekosistem

dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Mengapa hal ini bisa terjadi? Kita ambil contoh meningkatnya kejadian Demam Berdarah. Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor penyakit ini memiliki pola hidup dan berkembang biak pada daerah panas. Hal itulah yang menyebabkan penyakit ini banyak berkembang di daerah perkotaan yang panas dibandingkan dengan daerah pegunungan yang dingin. Namun dengan terjadinya Global Warming, dimana terjadi pemanasan secara global, maka daerah pegunungan pun mulai meningkat suhunya sehingga memberikan ruang (ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak.


Degradasi Lingkungan

yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap

Minggu, 14 November 2010

Sampah Organik

Sudah pernah membaca artikel tentang sampah khan? Tentu kamu masih ingat, salah satu cara menangani sampah adalah dengan 3R, yaitu Reduce, Reuse, da Recycle (kalau kamu lupa coba buka lagi deh artikel disini . Dalam rangka itu ada cara pemanfaatan sampah organik, yaitu membuat kompos. Bagaimana cara membuat kompos itu? mudahkah cara membuatnya? dapatkah kita membuatnya sendiri di rumah? Mula-mula kamu harus memisahkan sampah organik dan anorganik, tahu kan kamu apa sampah organik itu? ya mudahnya siy sampah yang mudah membusuk, misal dedaunan, sampah dari dapur, atau sisa makanan. Lalu potong-potong/dirajang menjadi bagian-bagian yang kecil.

em4Setelah itu campurkan sampah yang telah dirajang itu dengan bahan pengaktif. Bahan pengaktif ini adalah "mikroorganisme" yang bisa di dapat dari tanah comberan, atau bisa juga mengunakan bakteri yang dijual di pasaran (namanya EM4) ke dalam wadah yang selalu mendapat suplai udara cukup.

Sampah tadi disimpan dalam wadah yagn memiliki cukup sirkulasi udaranya dan selalu di balik-balik setiap 2-3 hari sekali.

Oh ya potongan sampah tadi akan terasa "hangat" itu pertanda bahwa proses pembentukan kompos berjalan dengan baik.
Komposter+(9)-1 Setalah 3 minggu kamu dapat mengambil sampah yang telah berwarna coklat gelap dari dalam wadanya, dan dapat menggunakannya sebagai pupuk untuk tanaman.

Mudah khan? coba buatlah kompos di rumah, dan beri kejutan pada orangtua kamu dengan pupuk yang kamu ciptakan ini.

(dari berbagai sumber)
(sumber foto : jaringan posko hijau,istimewa)
E-mail